Daftar Domain Gratis co.cc

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Bhinneka Bawor Lawan Tangguh Durian Montong

Senin, 18 Januari 2010 , Posted by Jabu Cafe at 09.41
















Eksperimen bibit 14 tahun silam kini berbuah manis. Petani durian di Desa Alasmalang, Banyumas menemukan jenis durian baru yang dagingnya legit, manis, dan berkadar alkohol tinggi.

DESA Alasmalang, Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah, bukanlah wilayah yang dekat dengan kota. Lokasinya sulit dijangkau karena akses jalan yang sempit lagi naik turun.

Tetapi soal popularitas, jangan tanya. Orang-orang kota banyak yang sampai ke Alasmalang hanya untuk mencicipi rasa duriannya. Jika dibandingkan dengan jenis durian lain, durian bhinneka bawor dari desa ini memang terkenal memiliki aroma dan rasa tersendiri.

Daging buahnya tebal, sedangkan bijinya tidak terlalu besar. Suatu perpaduan sempurna dari berbagai macam varietas durian unggul.

Alasmalang memang semakin moncer saja sebab sekarang terkenal sebagai sentra durian yang lezat rasanya. Tidak kurang dari 5.000 pohon sudah mulai menghasilkan buah durian dengan bobot minimal 3 kg. Adapun rata-rata berat matangnya mencapai 6-8 kg, bahkan ada yang mencapai 12,5 kg.

Pohonnya juga tidak terlalu tinggi sehingga kalau dipanen petani tak butuh tangga untuk memetik durian. Umumnya pohon durian bhinneka bawor hanya sekitar 2 meter dan dapat diraih dengan menggunakan kursi.

Tris, 34, seorang pengunjung dari Purwokerto, misalnya, sanggup memborong durian tersebut sampai dua kuintal. Ia membeli memang bukan untuk konsumsi sendiri melainkan dijual kembali di toko buah miliknya. "Banyak para pembeli yang lebih suka durian bhinneka daripada durian bangkok yang diimpor dari Thailand," ujarnya.

Tris sendiri memang penggemar durian bhinneka bawor sebab menurutnya lebih legit, manis, dan kadar alkoholnya juga lebih tinggi. "Kalau durian Thailand hanya manis saja, beda dengan bhinneka yang memiliki kekhasan buahnya yang legit," ujar Tris ketika membeli durian di rumah Samo Ahmad Darsono, 44, petani yang menemukan jenis durian baru dari mencoba-coba menggabungkan berbagai varietas durian unggul.

Di rumahnya, Sarno membuka semacam toko durian, meski tidak seluruh durian berada di tempat itu. "Selain sebagai ketua kelompok tani durian Ngudi Rahayu, saya juga menyiapkan rumah saya untuk tempat jual beli," kata dia.

Untuk sampai ke rumah Sarno, Tris terpaksa melewati jalan setapak. Mobilnya diparkir sekitar 300 meter dari lokasi. Karena itu, saat dia membeli dalam partai besar, ada sejumlah pekerja yang mengangkut durian dengan gerobak.

Sejauh ini, kata Samo, tidak hanya warga di Purwokerto dan kota sekitarnya yang menggemari durian bhinneka Alasmalang.

Menurutnya, salah satu pembeli adalah mantan Wakapolri Komjen Makbul Pad-manegara. "Beberapa kali Pak Makbul memesan durian ini untuk dibawa ke Mabes Polri. Kebetulan juga, saya beberapa kali bertemu dengan beliau dan ternyata banyak anggota Polri di markas besar yang suka," kata Samo bangga.

Meski belum sempat ekspor, bukan berarti orang asing belum pernah mencicipi durian asal Alasmalang ini. Sebab, beberapa kali ada orang asing yang datang seperti dari Jepang, Jerman, dan Suriname. "Mereka datang membeli dan ingin merasakan. Malah kalau orang Jepang itu ingin tahu cara-cara pembibitannya, sampai direkam ke dalam kamera segala," ujarnya.

Lebih legit

Samo optimistis durian bhinneka miliknya akan mampu bersaing di pasar global karena kelezatannya. Harganya juga tidak terlalu mahal. Setiap 1 kg dipatok antara Rpl7.500 hingga Rp20 ribu. "Okelah, durian dari Thailand rasanya manis dengan biji yang kecil. Kami pun bisa menghasilkannya. Tetapi mengenai rasa, durian bhinneka lebih unggul, karena tidak hanya manis tetapi juga legit. Bagi penikmat durian, tentu akan dapat merasakan perbedaannya. Jadi, kalau ada pasar global, siapa takut?" katanya.

Sarno menghasilkan varietas yang kemudian dinamai bhinneka bawor ini melalui proses yang cukup panjang, karena dia mulai bereksperimen sejak 1996 silam. Percobaan demi percobaan dilakukannya. Pada prinsipnya ia mengumpulkan beragam bibit durian unggul untuk digabungkan menjadi satu.

Misalnya saja durian montong, petruk, cimimang, sunan, matahari, otong, kuning emas dan lainnya. Bibit-bibit itu ia kumpulkan untuk membuat durian sesuai karakteristik yang diinginkan.

Sarno kemudian menunjukkan pohon hasil eksperimennya yang telah menghasilkan durian bhinneka bawor yang rasanya begitu lezat. Pohonnya berbeda dengan pohon durian pada umumnya. Karena, pada pangkal batang justru seperti akar, layaknya mangrove.

"Lihat saja, karena merupakan gabungan beragam varietas maka pangkal batangnya seperti akar. Padahal itu sebetulnya merupakan gabungan berbagai varietas durian yang saya satukan dengan cara stek," tambahnya.

Stek bermacam varietas itu, kata Sarno, memakan waktu setidaknya tiga bulan. Ada bibit dengan tiga varietas, bahkan ada pula yang sampai 30 lebih varietas digabungkan menjadi satu dan menghasilkan buah durian yang luar biasa.

Bagi masyarakat yang tidak mau repot tetapi ingin menanam, Samo telah menyediakan bibitnya. Harga bervariasi dari Rp50 ribu sampai Rp2 juta. Semua tergantung dengan kondisi tanaman.

"Kalau yang Rp2 juta, sudah bisa langsung panen dalam jangka waktu tidak sampai satu tahun," katanya.

Sementara ini, kata Samo, bibit durian unggul yang telah dikembangkannya, akan mulai berbuah setelah ditanam selama empat tahun. Bibitnya pun telah dipesan oleh orang dari berbagai tempat, yang paling dekat di sekitar Banyumas. Tempat yang cukup jauh sampai ke Aceh, Kendari, dan NusaTenggara Timur.

Samo bersama kawan-kawannya di kelompok tani durian Ngudi Rahayu, Desa Alasmalang, masih memiliki obsesi besar. Mereka secara kelompok bercita-cita mewujudkan durian bhinneka menjadi tuan di negeri sendiri pada 2015. (N-4)

(Sumber tulisan: lilik@mediaindonesia.com dan foto : kompas.com)

Currently have 0 comments:

Leave a Reply

Posting Komentar

Berikan komentar Anda disini.

4shared